MAKALAH SOSIOLOGI
STUDY KASUS “TAWURAN
PELAJAR”
DISUSUN OLEH :
SELVI PUSPITA H
KELAS X.1
SMA NEGERI 1
KLAPANUNGGAL
Jl.
Raya Terusan Bojong Klapanunggal Kec. Klapanunggal Kab. Bogor 16820
NSS.
301020232173, NPSN. 20276388 email:smanklapanunggal@gmail.com
Tahun
Ajaran 2015-2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat
Allah
S.W.T,
karena atas limpahan rahmat dan karunia – Nya lah kami dapat
menyelesaikan Makalah Sosiologi
ini sesuai waktunya.
Kami
mencoba berusaha menyusun
makalah
ini sedemikian rupa dengan
harapan
dapat membantu pembaca
dalam
memahami
salah satu tindakan kriminal sekaligus hal menyimpang yang marak
terjadi di kota-kota besar Indonesia yang melibatkan para pelajar
yakni
kasus
tawuran, maka dari itu akan kami sajikan lewat makalah kami yang
berjudul,
“STUDY
KASUS TAWURAN PELAJAR”.
Kami
menyadari bahwa didalam pembuatan Makalah Sosiologi
ini masih ada kekurangan
baik dalam penulisan maupun penyampaian, sehingga
kami berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian khususnya dari
guru mata pelajaran Sosiologi
agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya.
Semoga
makalah ini bermanfaat,
kami berharap bahwa Makalah Sosiologi
ini dapat dijadikan bekal pengetahuan untuk
senantiasa menyikapi tindakan yang tak patut dilestarikan ini.
Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
Cileungsi,
10
Maret
2016
Penyusun.
DAFTAR
ISI
COVER......................................................................................................................................I
KATA
PENGANTAR...............................................................................................................II
DAFTAR
ISI............................................................................................................................III
BAB
I
PENDAHULUAN......................................................................................................................
A. LATAR
BELAKANG......................................................................................................1.1
B. B. RUMUSAN
MASALAH.................................................................................................1.2
C.
TUJUAN
PENULISAN
..................................................................................................1.3
BAB
II
PEMBAHASAN.........................................................................................................................
- PENGERTIAN TAWURAN..............................................................................................2
- FAKTOR PENYEBAB TAWURAN.................................................................................3
- CARA MENCEGAH TAWURAN....................................................................................4
- CARA MENGATASI TAWURAN....................................................................................5
- DAMPAK TAWURAN......................................................................................................6
- HUKUMAN PELAKU TAWURAN.................................................................................7
BAB
III
PENUTUP...................................................................................................................................
A. A. KESIMPULAN
...............................................................................................................8.1
B.
TANGGAPAN
....................................................................................................../..........8.2
C. DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Tawuran
yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para
pelajar seolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan
yang asing lagi ditelinga kita. Inilah beberapa contoh yang bisa kita
kemukakan sebagai bukti terjadinya tawuran yang dilakukan oleh para
remaja beberapa tahun lalu. Dalam hal tawuran, di kota-kota
besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tingkat tawuran antar
pelajar sudah mencapai ambang yang cukup memprihatinkan. Data di
Jakarta misalnya (Bimmas
Polri Metro Jaya),
tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994
meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995
terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota
masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar
serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan
37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan
korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat, dalam satu hari
di Jakarta terdapat sampai tiga kasus perkelahian di tiga tempat
sekaligus (www.smu-net.
com).
Kalau
kita baca uraian diatas jelas sangat tidak sinkron antara tujuan UU
No.20
tahun 2003 tetang system pendidikan dengan kenyataan yang ada
dilapangan, bahkan jauh sebelum UU No.
20 tahun 2003 lahir, tawuran
pelajar sudah terjadi.
- RUMUSAN MASALAH
- Pengertian Tawuran.
- Faktor Penyebab Tawuran.
- Cara Mencegah Tawuran.
- Cara Mengatasi Tawuran.
- Dampak Tawuran.
- Hukuman Pelaku Tawuran.
- TUJUAN PENULISAN
- Untuk mengetahui dan memahami apa itu tawuran.
- Untuk mengetahui dan memahami faktor penyebab beserta cara pencegahan tawuran.
- Untuk mengetahui dan memahami apa tindakan yang bisa diambil saat tawuran sudah terjadi.
- Untuk mengetahui dan memahami apa dambak yang ditimbulkan dari tawuran.
- Untuk mengetahui dan memahami hukuman apa yang akan dijatuhkan kepada pelaku berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku.
- Untuk pengetahuan pembaca mengenai arti pentingnya menjaga sikap dan perilaku kapanpun dan dimanapun dan tentunya selalu mencerminkan kepribadian yang baik.
- Untuk menghimbau para pembaca untuk “STOP TAWURAN!” yang hanya merugikan diri sendiri dan orang lain, karena masih banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan dan lebih bermanfaat daripada tawuran.
BAB II
PEMBAHASAN
- PENGERTIAN
Dalam
kamus bahasa Indonesia “tawuran”
dapat
diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan
“pelajar”
adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian Tawuran
Pelajar
adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana
perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar.
Secara
psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja
digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile
deliquency).
Kenakalan
remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis
delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
- Delikuensi situasional.
Perkelahian
terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk
berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul
akibat
adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
- Delikuensi sistematik.
Para
remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi
tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu
yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota,
tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompok
nya.
Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan
cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah
para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup
kelompok teman sebayanya.
- FAKTOR PENYEBAB
Secara umum,
Faktor-faktor yang menyebabkan seringnya terjadi tawuran antar
pelajar dibagi menjadi 2 faktor utama yaitu :
- Faktor Internal
- Proses internalisasi keliru.
Faktor internal ini
terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui
proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan
permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar.
- Tidak dapat beradaptasi.
Remaja yang
melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan
lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri
dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai
keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam.
- Ketidakstabilan emosi.
Ketidakstabilan
emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian.
Mereka biasanya mudah frustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak
peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya
membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang
sekelilingnya.
- Faktor Eksternal
- Faktor Keluarga
Keluarga adalah
tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika
seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam
keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan
terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari
keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi
penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana
keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan
serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya
psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
- Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya
untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga
akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan
diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk
siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas
pengajaran yang bermutu.
- Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan
lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja
yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan
remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering di
lihat oleh remaja itu akan membentuk pola kekerasan para remaja. Hal
ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar
rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
- CARA PENCEGAHAN
Pencegahan dapat kita lakukan
sedini mungkin agar kegiatan yang sangat merugikan ini dapat dicegah
dan tidak merugikan berbagai pihak. Berikut adalah beberapa hal yang
dapat kita lakukan untuk mengatasi tawuran pelajar, diantaranya :
- Mendasari diri dengan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME.
- Membentengi diri dengan akhlak yang baik.
- Lebih selektif dalam memilih teman dan menahan diri agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang negatif.
- Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar.
- Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik.
- Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri.
- Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya : membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya.
Kartini Kartono
pun menawarkan beberapa cara untuk mengurangi tawuran remaja,
diantaranya :
- Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
- Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
- Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja.
- CARA PENGENDALIAN
Untuk menghilangkan
tawuran antar-pelajar yang sudah mengakar, tentu dibutuhkan usaha
keras. Banyak usulan yang dilontarkan untuk mengurangi tawuran
antar-pelajar. Beberapa di antaranya
:
- Memotong mata rantai tradisi tauran.
- Melakukan mediasi dengan sekolah yang berkaitan.
- Memindahkan letak sekolah.
- Penanaman moral anak dirumah.
CONTOH
KASUS
Salah satu upaya
mengurangi tawuran yang juga pernah dilakukan adalah memindahkan
letak sekolah karena diduga lingkungan sekolah yang terlalu ramai di
tengah kota mengakibatkan tekanan mental lebih berat bagi siswa.
Pada periode 1980-an, SMA 7 Gambir, Jakarta, terlibat konflik dengan
STM Boedi Oetomo Pejambon. Kemudian, pada awal tahun 1990-an, SMA 7
dipindahkan ke wilayah Karet Pejompongan untuk memutus tawuran dengan
STM Boedi Oetomo.
Ketua KPAI Maria
Ulfah Anshor mengungkapkan, tradisi
tawuran bisa diputus dengan menanamkan nilai-nilai kepada anak-anak
di rumah.
”Keluarga
mempunyai peranan penting untuk menanamkan nilai menghargai
perbedaan, yang nyata dalam kehidupan dan tidak bisa dihindari. Nah,
bagaimana menghargai perbedaan itu menjadi sesuatu yang positif.”
kata Maria Ulfah.
Untuk
itulah, ketika melakukan
mediasi
antara SMA 6 dan SMA 70 Jakarta, KPAI juga mengundang pihak orangtua.
”Sistem
pendidikan kita seharusnya juga ikut mendukung itu. Dulu ada
pelajaran budi pekerti, tetapi kurikulum menghilangkannya dengan
alasan sudah terintegrasi dengan pelajaran lain. Padahal,
kenyataannya, nilai-nilai dari budi pekerti itu memang tidak
diajarkan, hilang begitu saja.”
ujarnya.
Maria Ulfah juga
mengusulkan memotong
mata rantai pemicu tawuran.
Terkadang kita tidak tahu apa yang menjadi penyebab tawuran, yang
kemudian mengakar sampai ke generasi berikutnya. Nah, kata Maria
Ulfah, mengapa tidak mengubah paradigma tawuran, permusuhan
antar-pelajar tak perlu disikapi dengan perlawanan.
”Harus
diputus tradisi senior yang memanas-manasi yuniornya supaya terlibat
tawuran. Ada baiknya pula menghidupkan kembali pertandingan
persahabatan antarsekolah. Kalau zaman dulu pertandingan olahraga
bisa mempererat hubungan antarpelajar, kenapa sekarang tidak?”
ungkapnya. Harapan KPAI tentu menjadi harapan kita semua.
(suSIE
berindra)
- DAMPAK-DAMPAK
Tawuran
pelajar tidak akan membawa dampak positif selain hanya memuaskan
Emosi sesaat belaka. justru, dampak negatif yang ditimbulkan karena
terjadinya tawuran pelajar akan berimbas baik kepada para pelaku,
maupun orang-orang disekitarnya. Berikut adalah beberapa dampak
negatif tawuran pelajar
:
a.
Kerugian
fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban.
Baik
cedera
ringan, cedera berat bahkan sampai kematian
b.
Masyarakat
sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila
pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga.
c.
Terganggunya
proses belajar mengajar.
d.
Menurunnya
moralitas para pelajar.
e.
Hilangnya
perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai.
- HUKUMAN
Adapun
hukuman yang paling minimal dikeluarkan dari sekolah yang
bersangkutan kepada para pelaku tawuran yakni Surat Peringatan (SP)
bahkan Surat Pengeluaran Siswa atau Drop Out. Namun ada 2 pasal yang
dikeluarkan KUHP mengenai hukuman bagi para pelaku tawuran, berikut
penjelasannya :
Pasal
187 KUHP
Unsur
yang dipersyaratkan :
- Membakar
- Meledakkan atau menjadikan letusan
- Mendatangkan bahaya umum, bahaya maut atau bahaya orang mati
Ancaman
hukuman maksimum :
- Bahaya bagi orang maksimum 12 tahun
- Bahaya maut bagi orang maksimum 13 tahun
- Bahaya maut dan orang mati maksimum seumur hidup atau 20 tahun
Pasal
170 KUHP
Unsur
yang dipersyaratkan :
- Bersama-sama melakukan kekerasan
- Terhadap orang atau barang
- Dimuka umum
Ancaman
hukuman maksimum :
- Menyebabkan luka maksimum 7 tahun
- Menyebabkan luka berat maksimum 7 tahun
- Menyebabkan mati maksimum 12 tahun
BAB
III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tawuran sangatlah
tidak baik dan sangat berdampak buruk bagi diri kita pribadi dan
orang lain. Para
pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan
untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat
merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua
dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang
anak tiba-tiba melakukan kesalahan
dan mengarahkan anak agar dapat memilih teman sebaya yang tidak
menjerumuskan kedalam hal negatif paling tidak membuat anak mengerti
hal apa yang baik untuknya.
Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai
pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para
siswa agar menjadi insan yang lebih baik.
Faktor
pemicu yang sangat dominan yakni pergaulan yang dapat membawa kita
kedalam arus negatif, tetapi hal tersebut dapat kita kendalikan
dengan niat baik di dalam lubuk hati kita. Percayalah segala sesuatu
yang didahului dengan niat baik akan berdampak baik terhadap kita
begitupun sebaliknya, jangan malu untuk menyatakan dan bertindak
benar sekalipun hanya 1:1.000.000 orang di dunia. Sudah jelas
tindakan yang tidak terpuji seperti tawuran itu banyak merugikan dan
hukumannya pun mempengaruhi masa depan kita selaku pelajar. Untuk apa
kita sia-sia kan masa muda kita dengan hal yang bertolak belakang
dengan tugas seorang pelajar? Mulailah dari sekarang berfikir positif
dan melakukan tindakan dalam kegiatan yang mempunyai banyak manfaat
baik untuk diri kita maupun orang lain.
- TANGGAPAN
Dari
uraian tersebut, menurut apa yang kami pikirkan dan rasakan tentang
“Tawuran
Pelajar”
yaitu kami sangat merasa miris melihat dan mendengar maraknya kasus
tersebut, kita sebagai pelajar bertugas untuk menimba ilmu dan
mengembangkan bakat dalam segala bidang baik akademik maupun non
akademik. Jangan malah dipergunakan untuk tawuran yang jelas
merugikan diri kita sendiri, menyusahkan orang tua dan mencoreng nama
baik sekolah. Seharusnya kita malu jika melakukan tindakan kriminal
seperti tawuran apalagi kita sebagai pelajar yang terdidik, sudah
sepantasnya bisa menentukan mana hal yang baik dan hal yang buruk.
Jika kita terlibat masalah, apa salahnya menyelesaikan dengan cara
baik-baik yang berujung perdamaian bukan dengan jalan perlawanan
seperti tawuran yang tidak akan ada juntrungan nya. Cobalah belajar
berfikir positif, peka, toleransi dan saling menghargai terhadap
sesama. Tingkatkan pedoman moral sebagai pelajar yang terdidik dan
berkepribadian baik agar menjadi pelajar yang aktif, kritis dan
produktif. #STOPTAWURAN!
DAFTAR
PUSTAKA
http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/comment-page-1/
http://yakubus.wordpress.com/2009/02/25/makalah-sosiologi/
http://www.mail-archive.com/permias@listserv.syr.edu/msg03171.html
Hartono,
Agung., Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Jakarta.,2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar